Saturday, November 30, 2019

Naskah drama


CERITA DIBALIK KEBERHASILAN
Karya Saya sewaktu masih kuliah..😊

PEMERAN:
IBU SARAH
AYAH SARAH
SARAH
SUAMI
ADEGAN PERTAMA
sunyi, lampu padam, terdengar suara jangkrik kota yang menambah pekatnya malam.
IBU
(terus menagis)
SARAH
(masuk ke dalam kamar membawa sebuah lampu minyak)
IBU
(berbalik membelakangi Sarah dan menyeka air mata)
SARAH
Lagi-lagi ibu membangunkan ku, berhantilah menangis, itu tak kan memperbaiki keadaan.
IBU
Lalu ibu harus bagaimana, tersenyum?
SARAH
Yah, itulah yang seharusnya ibu lakukan dari dulu. Tapi ibu malah merusak hidup kita.
IBU
Ibukah yang merusaknya (berdiri dan memandang Sarah dengan tajam)
SARAH
Lalu ibu ingin bilang ini salahku? (membuang pandang kea rah lain)
IBU
(Tertunduk diam, duduk disisi ranjang usang yang tak bersepre)
SARAH
(memeluk ibu sarah dan lampu minyak padam)
ADEGAN KEDUA
Ibu sarah kembali dari rumah tetangga dengan membawa kantong kresek berukuran besar
SUAMI
(memandangi sang istri dengan penuh curiga)
IBU
(Terus berjalan berusaha melewati suami dan menundukkan kepala)
SUAMI
Berhenti!! Apa-apaan ini, istri macam apa kau ini, tidak melihatku sama sekali
IBU
(berdiri diam di depan suami)
SUAMI
Apa kau tak masak pagi ini (mendekati sang istri)
IBU
Tak ada yang bisa di masak, sudah dua hari aku tak mengambil pakaian ke rumah tetangga.
SUAMI
Mau kau kasih makan apa suami dan anakmu? Batu?
IBU
Kau bahkan tak pernah memberiku uang (menatap suami dengan tajam)
SUAMI
Berani-beraninya kau menatap suamimu dengan tatapan seperti itu!
IBU
Aku muak dengan tingkahmu, pergi pagi pulang pagi, bahkan tak jarang kau tak pulang, apa itu namanya suami?
SUAMI
Aku sedang berusaha mencari pekerjaan tidakkah kau menghargai itu (dengan suara yang mulai mereda)
IBU
Bekerja atau mengerjai istri orang??
SUAMI
DIAM!!!
(suasana hening dan keduanya hanya diam membisu)
IBU
Mulai sekarang jangan pernah kembali sampai kau bawa uang untuk istri dan anakmu.
SUAMI
Kau mengusirku istri?
IBU
Ya, dan kau hanya bisa kembali dengan uang.
SUAMI
Seperti yang kau lakukan dahulu? Saat kau menerimaku karena uang, bukan begitu?
IBU
Pergilah sebelum Sarah kembali dari sekolah.
SUAMI
Baiklah, kau akan bertekuk lutut dan memohon agar aku kembali, ingat istri aku takkan kembali tanpa kau memohon padaku!
IBU
(meninggalkan suami sendiri dan masuk ke kamar)
(suami membereskan semua pakaiannya dan membawa sebagian besar barang-barang rumah yang bisa ia jual tanpa sepengetahuan istri)
SUAMI
Aku pergi (nada rendah)
IBU (hanya diam)
SUAMI
Aku pergi istri (nada mulai sedikit tinggi)
IBU (tetap diam)
SUAMI
ISTRIIII, AKU PERGI (nada tinggi) dan ku pastikan kau akan menyesal!
IBU
(Berdiri dan mengintip suasana di ruang tamu, memastikan suami sudah benar-benar pergi, terkejut ketika melihat barang-barang di ruang tamu banyak yang hilang)
Apa-apaan ini, bahkan ia membawa radio tua pemberian Ayah Sarah. Tidak tau malu, kurang ajar,
Lampu kembali padam
ADEGAN TIGA
Ibu sarah duduk melamun di ruang tamu, sambil mempermainkan kemoceng yang ada di tangannya
SARAH
Assalamualaikum (pulang dari sekolah)
IBU (tidak mendengar)
SARAH
Hombadihom
IBU (tidak menjawab)
SARAH
Ibu anakmu pulang
IBU (tetap tak mendengar)
SARAH
(masuk ke dalam rumah) ibu, ada apa lagi dengan wajahmu?
IBU (tak ada jawaban)
SARAH
(menjatuhkan buku paket yang ia pegang ke atas meja)
IBU
(kaget dan melempar kemoceng hingga mengenai Sarah)
Sarah, kau mengagetkan ibu saja,
SARAH
Ibuuu….. (wajah kesal karena kemoceng mengenai wajahnya) Anakmu ini sudah mengucap salam berkali-kali tapi ibu tetap saja tidak menjawab.
IBU
Ah, kalau begitu ibulah yang salah,
SARAH
Tentu saja, lantas tidakkah ibu ingin meminta maaf dan segera menyiapkan makan siang untukku
IBU
Ibu belum masak
SARAH
What????? Ibu lebih memilih menggalau dari pada memasak untuk anak tercintamu iini?, ibu yang tidak baik.
IBU
Apa ibu galau nak?
SARAH
(sarah mengangkat bahunya, dan tidak menjawab pertanyaan ibunya)
IBU
Tadi dia pulang (dengan ekspresi sedih)
SARAH
(melihat seisi ruang tamu, mencari sesuatu) ah, sudah bisa di tebak, walaupun dulu setelah menikah dengannya itu benda paling buruk tapi sekarang bukankah ibu benda yang paling berharga dibandingkan yang lainnya.
IBU
Radio?
SARAH
Apa ada benda lain di rumah ini yang harganya lebih mahal dari itu?
IBU
Ibu pun berfikir begitu, jika tau ia akan membawanya, pasti ibu pindahkan ke dalam kamar
SARAH
Pria itu benar-benar! Pasti berjudi lagi.
IBU
Ibu mengusirnya
SARAH
APA????
Ibu akhirnya bisa mengusirnya, ini luar biasa, mari kita rayakan.
IBU
Merayakan dengan apa, dengan berpuasa?
SARAH
Yah, tidak ada pilihan lain.
IBU dan SARAH duduk bersebelahan dan bersandar seraya memejamkan mata
Lampu kembali padam
ADEGAN EMPAT
Ibu menyapu lantai dan sarah membersihkan debu-debu yang ada dengan kemoceng
IBU
Apa semalam dia kembali
SARAH
Bagaimana mungkin ia kembali, bukankah sudah tak ada lagi barang berharga di rumah ini
IBU
Kau mau bilang kalau ibumu ini tidak berharga??
SARAH
Bu..bukan begitu bu, maksud Sarah… (merasa bersalah)
Berhentilah memikirkannya, bukanlah perut kita lebih penting darinya (kesal)
IBU
Kau benar, tapi bagaimana bila terjadi apa-apa dengannya, ibu khawatir.
SARAH
Lalu kenapa ibu mengusirnya
IBU
Ibu ingin ia bertanggungjawab pada keluarganya
SARAH
Seperti yang telah ibu lakukan pada Ayah??
IBU
(terdiam)
Itu masa lalu, bukankah ia tak pernah kembali.
SARAH
Ibu yang memintanya untuk tidak kembali sebelum ia berhasil.
IBU
Yah, bagaimana bisa ia berhasil dengan ijazah SMA yang ia miliki, seharusnya ibu tidak mengusirnya, karena bagaimanapun ayahmu jauh lebih bertanggungjawab darinya.
SARAH
Ibu menyesalinya??
IBU
(Diam tanpa suara)
Sesaat kemudian
IBU
Sarah coba kau lihat daun ubi yang ada disebelah rumah jika daun mudanya sudah tumbuh, petik saja, kita bisa rebus itu.
SARAH
Bukankah baru saja ibu petik dua hari yang lalu?
IBU
Mintalah ke rumah ibu surti jika memang belum ada?
SARAH
Ibu Surti? Minggu lalu ia bilang batangnya sudah ia cabut, padahal belum. Bisa saja sekarang benar-benar sudah ia cabut semua.
IBU
Jika memang begitu kembalilah lagi dan cabut juga milik kita.
SARAH
Ibu… untuk apa kita mencabutnya, bukankah ibu sendiri yang bilang batangnya tidak menghasilkan ubi.
IBU
Kalau begitu antarkan saja pakaian milik bu RT yang sudah ibu setrika kemarin, lalu mintalah bayarannya, belikan beras setengah kilo dan dua butir telur ayam untuk kita berbuka nanti.
SARAH
Apa kita benar-benar sedang berpuasa??
IBU
Tentu saja! Kecuali kau sudah minum air pagi tadi
SARAH
Bagaimana bisa ini disebut berpuasa, ini lebih tepat disebut penyiksaan.
(sarah pergi dengan membawa pakaian bu RT yang sudah bersih)

tiba-tiba Ibu Sarah kembali bersedih
IBU
Apa salahku, apa dosaku, kenapa hidupku begini, seharusnya sekarang aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku, menyibukkan diri dengan arisan dan pergi ke salon setiap harinya. Ini menyedihkan, berpuasa setiap hari, menghabiskan waktu dengan tidur dan berdo’a, jika lapar mencari pakaian kotor, untung saja sekolah sudah gratis. Walaupun tidak bisa kuliah setidaknya ia bisa lulus SMA dan membantuku mencari uang, (berhenti sejanak dan berfikir)
Apa ini sudah saatnya untukku menikah lagi dengan pria kaya dan kembali memperbaiki hidup? Ah, sepertinya memang harus begitu.
ADEGAN LIMA
Sarah sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah, dan Ibu Sarah sedang memasak di dapur.
AYAH
Assalamualaikum
SARAH
Walaikumsalam..
Bapak cari siapa??
AYAH
(mata berbinar) Sarah, apa kau Sarah anakku?
SARAH
Iya aku sarah, kau siapa? (menatap curiga)
AYAH
Aku ayahmu nak, kau sudah besar sekali Sarah, ayah merindukanmu (memegang tangan Sarah)
SARAH
Ibu… ibu….
AYAH
Apa ibumu ada di rumah, bagaimana keadaannya?
SARAH
Ibuuuuu…
AYAH
Sarah berhentilah berteriak seperti itu, ibumu pasti sudah mendengar,
SARAH
Jika ia mendengar ia akan menjawabku, ibuuuu….
IBU
Iya Sarah, ada apa (masuk ke ruang tamu dan terkejut melihat Ayah Sarah)
Ayah Sarah….
AYAH
Ibu Sarah…..
SARAH
Apa pria ini benar-benar ayahku?
IBU
(diam, terpaku menatap Ayah Sarah)
SARAH
Ibu jawab aku, apa dia ayahku?
(ibu menangis terisak dan duduk di sofa usang peninggalan Ayah Sarah)
AYAH
Maafkan aku Ibu Sarah, aku baru bisa datang menemuimu dan anakku sekarang. (menenangkan Ibu Sarah)
IBU
Bagaimana bisa ini, kenapa kau kembali?
AYAH
(bingung) apa maksudmu Ibu Sarah? bukankah kau yang memintaku untuk tidak kembali sebelum aku berhasil.
IBU
Lalu kau mau bilang sekarang kau sudah berhasil, begitu???
AYAH
Dulu kau sering memasakkanku berbagai variasi masakan dari ikan lele yang ku pancing seharian, sekarang aku telah berhasil memperkenalkan resepmu ke pada semua orang. Restoran kita sudah mulai tersebar dimana-mana, pemasukan kita tidak sedikit, sekarang bisakah aku mengajakmu dan Sarah anakku pergi ke kota bersamaku.
Sarah, maukah kau ikut bersama ayah?
IBU
(diam tanpa sepatah katapun)
SARAH
Dulu aku hanya anak kecil berusia dua tahun, jadi aku tak bisa menjelaskan apa-apa, yang ku tahu, tiga tahun yang lalu ibu menikah lagi.
IBU
HENTIKAN Sarah!!! (Menatap sarah tajam)
SARAH
Baiklah aku akan diam, dan sekarang ibu sendirilah yang harus menjelaskan semuanya (meninggalkan ayah dan ibunya berdua)
AYAH
Ibu Sarah tolong jelaskan apa maksud semua ini?
IBU
(semakin terisak, diam tanpa kata)
AYAH
Selama ini aku hanya menghabiskan waktu untuk berjuang agar bisa kembali kepadamu, tidak sedikitpun terfikir untukku menikah lagi. Kenapa Ibu Sarah, kenapa kau begini? (menitikan air mata)
IBU
(Tetap diam, menangis dan mulai menyesali)
AYAH
Kau memang memintaku untuk pergi, tapi kau juga yang memintaku untuk kembali, itu yang membuatku bertahan, Ibu Sarah, bicaralah.
IBU
(semakin terisak dan menyesali keadaan)
AYAH
(memegang tangan Ibu Sarah)
Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu kepadaku Ibu Sarah.
IBU
(semakin terisak dan menyesali keadaan)
AYAH
(melepas genggamannya dan mulai membelakangi Ibu Sarah)
Suasana mulai mencekik. bahagia, tangis, kaget, dan penyesalan menjadi satu membuatnya tak bisa berkata apa-apa.
IBU
Maafkan aku, Ayah Sarah aku minta maaf, maafkan aku…
AYAH
Tanpa berbalik sedikitpun dan pergi tanpa menjawab permintaan maaf dari Ibu Sarah.
End….

No comments:

Post a Comment