Wednesday, December 4, 2019

Puisi :"Layang-layang Putus"

Ada peluh diujung keluh
Merasuk sukma menerjang lara
Usik mengusik membuat keruh
Aku kini, tengah merana..

Jangan salah menduga duga
Ini hanya perkara dunia
Banyak cara mencari suka
Namun kembali, apalah daya..

Jika saja tuan tak datang
Jika saja tuan tak buat senang
Jika saja tuan lalu tak hilang
Aku tak kan jadi layang-layang
Aku tak kan terbang
Melayang,
Menggantung pada tiang
Bahkan terbuang..

Tuesday, December 3, 2019

"Sederhananya cita-cita seorang ibu"



Aku tidak tahu sejak kapan cita-citaku menjadi sesederhana ini.

Ketika SD Aku ingin sekali menjadi guru TK, itu terlihat sangat menyenangkan, bermain dan bercanda gurau bersama. Tahun demi tahun berlalu akupun semakin dewasa, anak kecil tak begitu menarik lagi bagiku. Perlahan cita-citaku berubah-ubah mulai dari ingin bekerja di kantor-kantor swasta maupun bunm. Namun, ternyata jalan membawaku jauh dari angan. Aku berkuliah mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan minatku. Tapi tetap saja ambisiku terus berkobar untuk cumlaude hingga aku tak begitu banyak menikmati waktu bersama teman2ku. Aku hanya membagi fokusku pada pekerjaan sampingan dan tugas-tugas kuliahku yang tak pernah ada habisnya. Yah, sebagai karyawan swasta di sebuah studio foto. Fikiranku selalu melayang saat membayangkan kelak aku akan membuka usaha ini, tapi semua itu hanya angan saja. Karena untuk membeli ini itu saja aku harus bekerja paruh waktu apalagi jika untuk membuka usaha sendiri mungkin aku butuh waktu bertahun-tahun untuk menabung. Aku kembali fokus pada skripsiku saja dan akhirnya aku lulus dengan tanpa pujian (3.48). Yah perjuanganku tampaknya kurang keras karena di pertengahan kuliah fokusku sempat banyak terbagi untuk pekerjaan sampinganku, belum lagi jarak yang harus ku tempuh sejam lebih setiap harinya untuk bisa sampai ke kampus, apalagi kalau bumbu-bumbu kemacetan mulai tercium saat itu fokusku bisa langsung buyar. Hm, ijazah sudah didapat, tapi tak pernah ku gunakan pada jalannya, aku memilih pekerjaan sebagai karyawan di tempat-tempat swasta. Ada apa dengan ijazahku, untuk apa kuliahku?.

****
Perlahan sepoi angin terasa sejuk saat aku berdiam dalam keramaian, tak ku kira secepat ini aku menikah setelah banyak cita-cita yang ingin ku gapai. 
Putraku lahir setelah 1 tahun pernikahan. Dan taukah anda saat melihatnya, aku ingin terus ada disampingnya, merawat dan mengurusnya, belum lagi dua tahun berikutnya rumah kembali diramaikan dengan putri pertamaku.. Perlahan cita-citaku berubah menjadi sesederhana ini., Aku hanya ingin menjadi ibu yang baik untuk malaikat-malaikat kecilku. Aku bukannya membuang angan dan citaku, namun aku hanya ingin menyerahkan semuanya kepada takdir. Yah, takdir indah yang ingin terus ku nikmati..

💕💕

Monday, December 2, 2019

Untuk para suami: "Jika kau tak mampu menghiburnya, setidaknya jangan membuatnya bersedih"

     

Cobalah pahami apa yang menjadi kebutuhannya. Para suami mungkin tak paham karena mereka tak peka, bukan! Yah, bukan karena mereka tak peka, hal itu terjadi karena mereka tak ingin mencoba peka tentang apa yang dirasakan pasangannya. 
Dia.. 
Mungkin dia tak mengatakan semua yang ingin ia katakan pada hari itu, misalnya: tentang anak yang terus merengek seperti bayi, atau juga tentang anak yang terlampau aktif dalam masa pertumbuhannya, semua itu bukan tak ingin ia katakan tapi ia tahu bahwa kau pasti lelah dengan rutinitas kerjamu. Ia juga pasti tak tega bila harus meminta bantuanmu dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah bahkan saat sakitpun ia tak ingin berlama-lama agar dapat lekas kembali mengurus kalian. 
Dia...
Dia bisa menahan semua letih, lelah, bahkan rasa jenuh yang ia rasa, ia juga bisa berkompromi dalam semua keadaan, dalam setiap situasi. Mencoba tenang, walau hati kalut, pikiran kusut, dan rumah sembraut setiap harinya. Ia terus mencoba kuat untuk kalian, untukmu. Tapi kau harus tau, akan ada saat dimana ia tak bisa menahan semua yg terjadi, bisa jadi pada saat itu beban yang ia rasa sudah terlalu berat belum lagi harus mengahadapi diammu yang tak berujung.

Duhai raja yang paling bertahta dihati wanitamu, sesekali ajaklah ia begurau, bantulah pekerjaan yang belum sempat ia kerjakan, ia tak butuh shopping atau refreshing jika rumah sudah menjadi tempat wisata yang asik. Dia butuh teman bicara walau kau tak suka atau tak mengerti setidaknya berpura-puralaxh mendengar dan berikan respon walau hanya sekedar senyuman. Insyaallah lelah itu, bosan dan jenuh yang melandanya akan pulang sendiri tanpa harus diusir.

Duhai raja yang paling bertahta dihati wanitamu, jangan sakiti hatinya dengan menanyakan pekerjaan yang belum sempat ia kerjakan, sebaliknya pujilah apa yang sudah ia kerjakan.. Sungguh, lebih baik ia kelaparan dari pada melihat kau dan anak-anakmu kurang asupan gizi, lebih baik ia tak berganti-ganti pakaian sesering mungkin daripada melihat kalian memakai baju itu itu saja. Ia tak pernah tega menangis dihadapanmu karena ia tau bebanmu juga besar. Tapu jika suatu saat ia teteskan air matanya, sengaja atau tidak sengaja, rangkulah, tenangkan ia dengan kata-kata manis. Jika ia marah dan berbicara dengan nada keras, lembutlah untuknya.. Karena ada masanya ia tak kuat menampung beratnya pikulan baju yang harus ia cuci dan jemur setiap hari bkn hanya itu ia harus memastikan semua kembali rapi di lemari masing-masing. Ada masanya pula ia bosan dengan suasana dapur yang ketika malam begitu bersih tapi kala mentari hendak terbit bau bumbu mulai menyengat hidung. Belum lagi bumbu-bumbu kritikan tentang masakannya yang keluar dari lisanmu. 

  • Duhai raja yang paling bertahta dihati wanitamu, jika kau bukan tipe pria yang suka merayu dan membujuk setidaknya diamlah saat ia sedang marah. Sungguh wanita mudah sekali marah akan segala hal apalagi jika ia sudah mulai merasa lelah. Tapi percayalah, ia tak bisa marah lebih lama saat mengingat dan melihat anak-anaknya yang tumbuh dengan kasih sayangmu, maka jadilah ayah dan suami yang lembut perlakuan dan santun saat bertutur kata.

Salah satu dampak Gadget bagi balita

       
        Gadget merupakan alat elektronik yang mudah dibawa kemana pun, untuk keperluan komunikasi ataupun untuk memperoleh informasi. Tapi coba bayangkan apa yang terjadi apabila anak balita yang menggunakan handphone. Dimana mereka belum bisa perlu menggunakannya untuk berkomunikasi bahkan juga untuk mencari informasi.
    Di zaman sosial media saat ini kebanyakan orang tua ingin leluasa dalam aktivitasnya tanpa harus mendampingi anaknya bermain atau belajar. Apalagi tugas sebagai ibu rumah tangga yang tak kunjung habis untuk dikerjakan. Namun yang sangat dikhawatirkan yaitu mengenai pengaruh negatif dari gadget, dimana seorang anak BALITA bisa mengalami kecanduan pada gadget, sehingga yang awalnya gadget digunakan untuk meringankan pekerjaan sang ibu malah menjerumuskan anak ke lembah kecanduan.
        Untuk itu, ada baiknya kita sebagai seorang ibu memikirkan dengan sangat matang sebelum memutuskan untuk memberikan gadget kepada anak. Jika ditelusuri kebanyakan ibu memutuskan memberikan gadget agar sang anak tidak bosan, dengan membuka youtube, anak dirasa tidak bosan dan anteng jika di tinggal mencuci bahkan memasak. Padahal banyak sekali dampak penggunan gadget bagi anak salah satunya yaitu pada mata.

         Menurut dr. Devina Nur Annisa, SpM, spesialis mata dari Jakarta Eye Center, menggunakan smartphone dalam kegiatan sehari-hari dan jarak dekat (30-40 cm) akan menyebabkan kontraksi otot cilliaris di dalam bola mata, atau yang dikenal dengan istilah akomodasi. Akomodasi berlebihan pada mata akan merangsang timbulnya mata minus. Apalagi, anak-anak yang masih dalam usia tumbuh kembang.

"Kelelahan mata atau asthenopia memiliki keluhan serupa dengan orang dewasa. Bedanya, anak-anak sering tidak memahami rasa lelah di mata yg mereka rasakan,” ungkap dr. Devina.

        Gadget mengeluarkan sinar biru yang memiliki panjang gelombang yang dapat masuk ke bagian dalam bola mata, salah satunya retina. Dokter Devina menyarankan, paparan sinar terhadap sinar biru sebaiknya dikurangi sejak dini karena diduga memberikan efek tidak baik terhadap sel-sel retina mata untuk jangka panjang.
    
        Oleh karena itu, untuk para ibu sebaiknya sebisa mungkin jauhkan anak dari gadget.. Karena satu dampak saja sudah sangat berbahaya apalagi dampak lainnya.. Percayalah membayangkannya saja sudah sangat mengkhawatirkan.

Sumber:
https://www.kompasiana.com/
https://www.motherandbaby.co.id/

Saturday, November 30, 2019

"Berhentilah mengeluh"


Dunia memang penuh dengan sandiwara,
yang tak baik bisa terlihat baik dan yang baik bisa terlihat tak baik hanya dengan ucapan yang faktanya belum bisa dibenarkan.. KEHIDUPAN!
Bila ku katakan : Tak seharusnya ku lalui jalur ini tanpa seorang yang bisa menguatkan langkahku. berhenti lakukan apa yang yang kau mau (protes kehidupan), aku takkan menyerah sampai disini. cita-citaku takkan ku lepas !Sungguh, itu bisa diucapkan oleh semua orang tp siapa yang tau ketika hati seseorang begitu rapuh, yah, hanya Allah yang tau. maka tunjukkanlah kesedihanmu hanya pada-Nya, PERCAYALAH, tak ada manusia yang bisa merasakan tepat seperti apa yang kau rasakan.. tak ada penyelesai yang ampuh kecuali petunjuk dari-Nya
Setiap ku duduk di sebuah bus yang berjalan dengan kecepatan tinggi, setiap itu pula ku berfikir aku akan MATI, tapi Allah berkehendak lain SUBHANALLAH. ini kubuat sebagai rasa syukur ku pada-Nya.
tak ada jalan kehidupan yang lurus seperti rel kereta..
tak juga sperti tikungan tajam yang seakan ingin menikammu.. DIRIMULAH PENGENDALI KEHIDUPANMU..
Saat air mata terasa di ujung pelupuk jangan pernah merasa hidup begitu kejam tapi fikirkanlah bagaimana hidup telah membuatmu menjadi kuat seperti sekarang ini, semua dimulai dengan rasa SYUKUR.
pernah ku berkata aku bisa lebih kejam darinya, tapi aku sadar tidak berbeda AKU dan DIA bila ku berbuat demikian. jangan pernah berfikir dengan diam kita telah kalah, TIDAK... 'DIAMMU EMASMU' akan bermanfaat bila diterapkan pada waktu yang tepat, PERCAYALAH.
pernahkah anda melihat seorang ANAK supir bus yang menyediakan uang logam untuk SETIAP pengamen yang masuk kedalam bus yang dikemudi sang ayah?pernahkah anda melihat anak SD yang memberi tempat duduknya untuk seorang ibu yang tak ia kenal yang tengah berdiri menggendong bayinya ketika berada dalam sebuah bus?Allah mengajarkanku banyak hal dari kehidupan yang KEJAM ini... TIDAK!!!, dari kehidupan yang INDAH ini.
"BERHENTILAH MENGELUH"
hidupmu takkan menjadi lebih baik dengan membaca semua keluh yang kau catat di hatimu....

Materi kajian postmodernisme dan postkolonialisme

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kajian postkolonial dalam bidang budaya memang tergolong baru. Bahkan, mungkin masih jarang yang berani menerapkan teori kajian ini ke dalam wilayah budaya. Karena, awal munculnya paham tersebut berasal dari kajian sastra (postkolonial literature) yang dipelopori oleh Bill Aschroft dkk (dalam Endraswara : 2013). Paham ini, semula mencuatkan pemahaman model national dan black writing. Model national memusatkan perhatian pada hubungan antara negara dan bekas jajahannya. Sedangkan black writing, menekankan aspek etnisitas.
Sebagaimana kehadiran postmodernisme dalam kajian budaya, yang juga dipicu oleh teori-teori sastra dan seni, postkolonialisme pun sebenarnya layak diangkat untuk mengkaji budaya. Konteks penjajah­terjajah, dalam fenomena budaya sebenarnya lebih kaya. Banyak hal yang unik dan menarik untuk diungkap melalui teori postkolonia­lisme. Hegemoni penjajah yang luar biasa, akan menjadi bahan kajian peneliti budaya. Begitu pula persinggungan pluralisme budaya, telah banyak menyuguhkan persoalan etnis, sehingga menarik bagi paham postkolonialisme.
Kehadiran postmodernisme di kalangan peneliti budaya me­mang masih kontroversial. Di satu pihak menghendaki agar ada perubahan pemahaman, dari modern ke yang lain, yang konon telah jenuh dan menemui jalan buntu. Di lain pihak, masih ada keraguan menerima istilah tersebut, karena postmodernisme dianggap sekedar konter produktif, hura-hura, dan cibiran terhadap paham modern. Paham kedua inilah kiranya yang menciptakan postmodernisme masih goyah, bahkan ada yang belum mengakui secara akademik.
Akan semakin rumit lagi, kalau posmodernisme sekedar diterima sebagai pengolok-olok wawasan modern. Akibatnya, mereka menerima tak ke dasar yang jelas, melainkan sekedar kulit-kulit saja. Penerimaan yang setengah-setengah, jelas akan memojokkan postmo­dernisme, sehingga boleh jadi menganggap paham tersebut sekedar buru-buru, reaksioner, dan lebih bersifat sembrana. Apalagi, penam­bahan awalan “post” dan akhiran “isme” tersebut, oleh beberapa pemi­kir budaya masih diragukan. Apakah “post” menandai sebuah peru­bahan pemikiran yang pascastruktural atau sekedar ingin bersikap dekonstruksi belaka.
 
1.2    Rumusan masalah
Dari Penjelasan diatas maka didapatkah rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1  Bagaimanakah penelitian sastra model Postmodernisme dan Poskolonialisme?
 
 
II        PEMBAHASAN
          Penelitian sastra : Model Postmodernisme dan Poskolonialisme 
2.1     Kajian Dekonstruksi
2.1.1  Antar Pasca-struktural, Dekonstruksi, dan Postmodernime
Istilah-istilah ini sering menggoda peneliti sastra dan sekaligus juga menggoda pencipta sastra. Oleh karena ketiga istilah itu akan terkait pada penciptaan dan penelitian sastra. Ketiga istilah tersebut hadir juga saling terkait satu sama lain sehingga sulit dipisahkan.
Pengertian Pasca-struktural hasil sebagai penentang atau pembangun kajian structural sastra. Kajian pasca-struktural secara otomatis akan “melupakan” struktur (mendekonstruksi) karya sastra. Maka, paham pasca-struktural juga sering ada yang menyebut kajian dekonstruksi. Yakni, sebuah ragam penelitian sastra yang tidak begitu menghiraukan struktur. Artinya, memahami karya sastra boleh dari sisi apa saja. Karena paham ini begitu bebas, tak terikat struktur, di antara peneliti sastra ada yang menyebutkan poskolonialisme. Istilah ini sebagai kontras paham structural yang masih terkategorikan modern.
Perlu diketahui, istilah postmodern, menurut Sarup (dalam Endraswara 2013:167) memang berawal dari sebuah gerakan seni dan budaya, termasuk di dalamnya sastra. Kaum postmodern yang dipelopori Lyotard dalam bukunya The Postmodern Condition, telah menentang mitos-mitos modern. Postmodern telah menghilangkan batas-batas antara seni dan kehidupan masa kini, antara elit yang hirarkhis dengan budaya popular, dan antara gabungan stilistik dengan percampuran kode. Melalui terobosan postmodern, telah mengubah hal-hal yang tak mungkin terjadi menjadi mungkin. Ciri khas postmodern adalah kehadiran sastra yang penuh parodi-parodi terhadap kehidupan (Eagleton, dalam Endraswara 2013:168).
Dari penjelasan diatas, tampak bahwa postmodern menjadi lawan kajian sastra modern. Kaum modern biasanya masih  berhenti pada kajian struktural sastra. Kajian ini juga ditentang oleh kaum pasca-strukrual. Untuk mencapai kajian tersebut harus berani melakukan dekonstruksi, karena teks sastra bukan satu-satunya informasi tunggal. Paham dekonstruksi meyakini bahwa teks sastra justru akan menciptakan makna baru setelah dikaji. Karenanya, tanpa dekonstruksi yang melebar keluar teks, makna yang sering meloncat-loncat akan sulit ditangkap oleh peneliti.
Jadi, kajian pasca-struktural maupun dekonstruksi boleh disebut juga post modern. Postmodern berarti sebagai pijar penelitian yang selangkah lebih maju dari modernitas. Jika kaum modern sangat mengandalkan sebuah tradisi sastra yang tertata rapi, menganut hokum-hukum tertentu, peneliti postmodern telah lebih dari itu. Mungkin sekali, kaum modern akan memandang postmodern sebagai wilayah kajian sastra yang kacau balau, tak beraturan, dan tak komunikatif. Hal ini pun disadari oleh kaum posmodernis, karena kelahiran mereka memang dilatar belakangi oleh pemahaman sastra dari sisi modernitas yang sangat patuh pada rumus-rumus tertentu.
Dari pandangan demikian, tidak berarti postmodern hadir asal beda dengan modernitas. Namun, “dia” hadir sengaja untuk melengkapi hal ikhwal penelitian sastra dari sisi modern yang sering mengesampingkan hal-hal kecil. Jadi peneliti sastra modern, sering menganggap bahwa karya baik adalah karya besar, karya yang lahir dari pusat, tentu hal demikian ditentang oleh postmodenisme. Karena sifatnya yang radikal itu, postmodernisme berusaha untuk mendekonstruksi keadaan.  Dari susunan-susunan rapi dan tertata itu postmodern ingin mendobrak dan atau merusak konstruksi untuk menghasilkan konstruksi baru yang lebih handal.
Dengan demikian, antara pasca-struktural, dekonstruksi, dan postmodern kurang lebih memiliki harapan yang tidak jauh berbeda. Ketiga-tiga hendak berupaya memahami karya sastra yang sebebas mungkin. Hal ini perlu dipahami, karena pada perkembangan mutakhir juga banyak karya-karya sastra yang sering “lari” dari struktur. Tidak sedikit pula tipografi-tipografi karya sastra yang sulit dimengerti, apalagi sering muncul puisi gelap, puisi eksperimen, puisi mini kata, puisi tanpa kata dan sebagainya. Keadaan inilah yang memakna para peneliti sastra melakukan terobosan. Begitu pula dengan sering hadirnya karya-karya surrealism, jika hanya dipahami menurut struktur atau cara modern, kemungkinan besar akan gagal.
 
2.1.2   Karakteristik Kajian Dekonstruksi
Dekonstruksi memang berpusat pada teks, ia tak lepas dari teks, tetapi paham yang dipegang lebih luas. Teks tidak dibatasi maknanya. Bahkan dekonstruksi juga menolak struktur lama yang telah lazim. Bagi dekonstruksi, menganggap bahwa bahasa teks bersifat logis dan konsisten. Misalkan, sebuah tema besar bahwa kejahatan akan terkalahkan dengan kebaikan oleh paham dekonstruksi tak selalu dibenarkan. Di era sekarang, sastra boleh saja membalikan tema besar itu. Karenanya, pemahaman teks tidak selalu berurutan, melainkan boleh bolak-balik.
Sebuah teks dalam pandangan dekonstruksi akan selalu menghadirkan banyak makna, sehingga teks tersebut bisa sangat kompleks. Jaringan-jaringan makna dalam teks juga bisa rumit yang memungkinkan pembaca berspekulasi makna. Makna tidak tunggal, melainkan bersifat plural, makna bukan mati ( tetap ) melainkan hidup dan berkembang. Karenanya dekonstruksi membiarkan teks itu ambigu dan dan menentang segala kemungkinan.
Telah disadari bahwa pemahaman sebuah karya sastra yang hanya berkiblat pada struktur, akan sia-sia. Itulah sebabnya, Junus (dalam Endraswara 2013:170) menegaskan bahwa pada awalnya pencarian makna teks berawal dari struktur kemudian menambah kekuatan makna berdasarkan struktur tersbut. “kekuatan” yang dimaksud adalah upaya secara dekonstruktif, dengan cara membredel teks, mengobrak-abrik teks, dan lari dari struktur yang ada.
Kajian dekontruksi sastra akan selalu tidak percaya arti bahasa. Kajian struktural lebih mengandalkan bahasa teks, dimungkinkan akan menemui jalan buntu, karena tidak setiap bahasa dapat dikembalikan ke kenyataan. Itulah sebabnya, keluar dari struktur dan mencoba menghubungkan dengan teks-teks dan bahkan konteks lain, diharapkan lebih memadai. Inilah yang dilakukan oleh kaum dekonstruksi yang ingin selalu ada kebaruan paham sastra. Dalam kaitan ini, Roland Barthes yang dikutip oleh Endraswara (2013:170) memberikan tahapan penelitian dekonstruksi sebagi berikut:
  1. Mendasarkan semua unsur (stuktur) yang terdapat pada teks dan meletakkan semua unsur tersebut pada kedudukan yang sama. Setiap unsur dipahami secara terpisah. Dengan demikian, tidak ada satu unsur pun yang dianggap tidak penting atu tidak mampunyai peranan.
  2. Unsur-unsur yang telah dipahami dihubungkan dengan unsur yang lainnya dalam upaya untuk mengetahui bahwa apakah unsur-unsur tersebut merupakan satu jaringan, baik jaringan antar semua unsur (jaringan x) atau merupakan satu jaringan dengan unsur lain (jaringan x dan y).
 
Berdasarkan tahapan tersebut, memang tidak tetutup kemungkinan sebuah teks sastra dipahami berdasarkan teks lain. Teks sastra dipahami tidak hanya lewat struktur, melainkan melalui kode-kode diluar teks. Dalam kaitan ini, membaca karya sastra adalah kegiatan yang paradoksal. Maksudnya, pembaca boleh menciptakan kembali dunia ciptaan, dunia rekaan, menyimpang, dan mengejutkan dalam teks dinaturalisasikan dan dikembalikan ke dalam dunia yang mudah dikenali.
Dalam kaitan itu, Roland Barthes yang dikutip dalam Endraswara (2013:170) menyatakan bahwa teks sastra memiliki makna ganda. Misalkan saja kita membaca teks sastra erotic atau pornografi, tentu akan melibatkan dua kenikmatan yaitu kenikmatan dan kebahagiaan. Masing-masing pembaca akan berbeda dalam mencapai kenikmatan. Hal itu berarti bahwa “makna” sebuah teks telah dipandang plural, tidak tunggal.
Yang lebih tajam lagi, Foucoult yang dikutip dalam  Endraswara (2013:171) berpendapat bahwa tidak ada wacana tetap; baik sebab maupun akibat dalam teks sastra. Jika selama ini telah terjadi kritik sastra (baca:strukturalis) sesungguhnya mereka itu hanya berlebih-lebihan, karena sering memotong hubungan antara teks sastra dengan kenyataan. Teks sastra, bersifat “keduniaan”, karena pemaknaannya sering tidak lepas dari otoritas dan kekuasaan, itulah sebabnya pemaknaan teks sastra harus dipandang dari perbedaan-perbedaan, dan bukan dari kesamaan terus menerus. Bahkan, pada suatu saat perlu memandang dan mendekontruksi wacana-wacana yang mungkin kecil dan non-literer.
Dari penjelasan demikian, dapat dikatakan bahwa kehadiran penelitian dekontruksi, merupakan estafet studi sastra sebelumnya. Paham dekontruksi ini tampaknya memang belum mendapatkan anginsegar dalam perkembangannya. Namun, sebagai sebuah sisi pandang penelitian, peneliti sastra sulit meninggalkan paham ini. Paham ini sekaligus menjadi koreksi terhadap teori penelitian sastra sebelumnya. Paling tidak, asumsi yang struktural atau yang lain yang selalu mendewasakan teks secara otonom, harus patah dengan dekontruksi.
 
2.1.3   Teori Analisis
Dekontruksi memulai penelitiannya mulai dari mana saja, dari samping, tengah, pinggir, hal kecil tidak menjadi soal. Dekonstruksi dengan gigih selalu menolak dan ingin menghancurkan pemusatan yang dianggap memiliki kelemahan. Sebagai langkah awal Derrida yang dikutip oleh Endraswara (2013:171) mengenalkan teori penelitian semiotik model gramatologi. Gramatologi ini merupakan teori semiotik alternative. Sasarannya adalah mempertimbangangkan kembali tentang nilai-nilai tradisi seperti tanda, kata, dan tulisan. Namun demikian, tidak berarti dekonstruksi meniggalkan sistem tanda yang telah dibangun Sausurre, melainkan ia mencoba meramu bersama teori Lacan dan Levi Strauss, untuk mempertajam teori sebelumnya sampai pada konsekuensi yang radikal.
Jika konsep Sausurre dalam semiotik selalu membagi dikotomi penanda dan petanda, Derrida menolak hal ini, pembagian penanda dan petanda demikian, seakan-akan membuat keduanya merupakan substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Sebagai gantinya, dekonstruksi menawarkan jejak (Faruk yang dikutip oleh Endraswara, 2013:171). Jejak bersifat misterius dan tidak tertangkap, muncul sebagai kekuatan dan pembentuk tulisan, menembus dan memberi energi pada aktivitas yang menyeluruh, bersifat omnipresen tetapi tetap luput dari jangkauan. Hal ini berarti bahwa makna akan bergerak, harus dilacak terus menerus, dan meloncat-loncat.
Jika paham semiotik logosentrisme selalu mengandalkan makna pada logika, pada kata yang diucapkan, pada suara pikiran, dan kebenanran kebenaran ditentukan oleh suatu yang hadir, Dekonstruksi tidak demikian. Derrida justru mengarah ke neologisme dalam pemahaman fenomena. Fenomena sastra dan budaya dipahami melalui konsep difference. Difference tidak dapat dianggap sebagai suatu peristiwa, ia tidak bersumber dari moment awal yang berupa kesatuan yang tidak terganggu. Pembalikan dan penundaan yang fundamental yang tersirat pada difference akan lenyap tk tertangkap apabila kita menganggapnya sebagai peristiwa (yang ada atau yang pernah ada). Kualitas pembalikan dan permainan yang khas dari difference  adalah menjauhnya penampilan sebagai sunber asal, keberadaan yang hadir, sebagai konsep kunci atau kata kunci. Dengan kata lain, dekonstruksi tidak menawarkan pusat baru, tidak menawarkan apa-apa. Ia mencoba melacak jejak, operasi differensi yang bekerja diam-diam dalam logosentrisme, teks-teks logosentrik.
Selain difference dalam penelitian dekonstruksi adal hal-hal lain yang patut diperhatikan  yaitu titik-titik aporia. Titik aporia adalah unit-unit wacana yang mempu menimbulkan kebuntuan makna atau suatu figure yang menimbulkan kesulitan penjabaran. Titik aporia ini akan menimbulkan alusi, yaitu tatkala ditemukan sebuah unit teks-teks lain, atau peristiwa-peristiwa yang senada dengan yang dihadapi. Caranya dengan mensejajarkan atau mempertentangkan dengan unut wacana yang dihadapi. Hasil akhir akan ditemui dua hal, yaitu retrospektif dan prosfektif.
Maksud retrospektif adalah cara kerja dekonstruksi yang diawali dengan pencarian untit wacana yang menimbulkan kebuntuan, selanjutnya unit wacana itu dipertentangkan atau disejajarkan dengan unit lain dalam teks yang sama. Namun demikian, hasil akhir tetap terpancang pada teks yang dihadapi. Lain halnya dengan propektis, cara ini tidak terbatas pada unit wacana yang dihadapi dalam teks saja, tetapi perlu dilacak diluar teks obyek.
Relevansi dekonstruksi pada bagi penelitian sastra ada empat hal yaitu :
  1. Terdapat keterkaitan terhadap serangkaian konsep kritik, termasuk konsep kesastraan itu sendiri. Relevansi ini terjalin karena adanya hubungan antara sastra dan filsafat, sastra dapat dipandang sebagai perkembangan dari sastra, filsafat adalah sastra yang digeneralisasikan;
  2. Sebagai sumber tema, sebagai contoh adalah tema kehadiran/ ketidakhadiran, sentral/ marginal, tulisan/ tuturan;
  3. Sebagai contoh strategi pembacaan, yaitu terletak pada keberanian peneliti sastra untuk sampai pada tipe-tipe struktur, membangun oposisi simetrik dan hirerkhis, memperhatikan term-term yang mengandung argument bertentangan, membuat tertarik pada sesuatu yang menentang interpretative otoritatif. Mencari gerak teks terdahulu yang akan ditolak oleh teks yang lahir kemudian, memperhatikan elemen-elemen yang dianggap marginal, yang dikeluarkan oleh teks itu sendiri maupun interpretasi mengenainya;
  4. Sebagai gudang cadangan saran-saran mengenai kodrt dan tujuan kritik sastra itu sendiri. Akan membuat kritik sastra akan  mencairkan segala kemutlakan seperti kemutlakan tentang makna yang sudah ada, makna penngalaman pembaca dan sebainya, yang terdapat dalam strukturalisme.
 
Sejumlah  anggapan yang minor ini, tampaknya tidak melemahkan penganut dekonstruksi. Karena dekonstruksi hadir justru ingin melengkapi, atau ekstremnya melawan model penelitian lama yang gagal memahami karya sastra. Apalagi, karya sastra yang dilahirkan pengarang semakin kompleks, dan menggunakan bentuk-bentuk yang spektakuler. Serta memanfaatkan imajinasi-imajinasi yang kadang-kadang bebas struktur, maka diperlukan kontruksi baru bagi pemahaman sastra.
Pada dasarnya sdekonstruksi merupakan pengembangan dari post-strukturalisme. Bahkan junus menyebutkan dekonstruksi sebagai pasca-strukturalisme yang ekstrem. Sifat ekstrem yang dimaksud adalah pemaknaan karya sastra dapat dimulai dari aspek apa saja bahkan aspek yang sangat kecil yang semula tidak banyak menarik perhatian orang. Setiap makna tidak lagi diikat oleh struktur. Ia bisa berdiri sendiri dari sebuah jalinan unsur. Dari sini, maka unsur yang semula kurang atau tidak bermakna, sekarang menjadi bermakna dan berfungsi.
 
2.2      Postkolonialisme
2.2.1   Dasar-dasar Poskolonial
Pada gilirannya penelitian sastra dapat menggunakan kajian poskolonial. Kajian yang mencoba merangkum dari dasar kajian sebelumnya, tampaknya akan segera mendapat tempat istimewa di kalangan pendukungnya. Model kajian ini,  memang masih baru ditelinga kita. Meskipun sebenarnya telah berusia panjang.
Paham tersebut, semula mencuatkan pemahaman model national dan black writingModel national memusatkan hubungan pada hubungan antara Negara dan bekas jajahannya. Sedangkan black writing, menekankan aspek etnisitas. Model nasional demikian tidak mencari hubungan interteks seperti studi sastra bandingan, melainkan lebih pada konsep penngaruh lingkungan ke sastra, pengaruh polotik ke sastra, dan lain-lain. Studi ini sedikit banyak berbau sosiologi sastra. Peneliti berusaha memusatkan perhatian pada hegemoni Negara pada sastra. Di samping itu, juga meneliti kontra produktif dan sejumlah protes bawahan (terjajah) kepada hegemonic (kekuasaan).
Model black writing, lebih menitikberatkan pada aspek refleksi etnisitas ke dalam sastra. Misalkan saja, peneliti mengungkap tradisi subcultural (Jawa, Bugis, Bali, Sunda, dan lain-lain) ke dalam sastra nasional. Sastra nasional di anggap mewakili keinginan penguasa dan kolonialis. Gerakan-gerakan sastra local yang selalu tersubordinasi oleh pusat (hegemonik), akan menjadi pangkal tolak kajian. Begitu pula keluh kesah pribumi yang selalu inferior, akan dijadikan objek studi. Tentu saja juga akan diungkap bagaimana kehendak dan tanggapan penjajah terhadap pribumi. Biasanya pribumi lebih bernada lemah, sedangkan penjajah merasa superior. Penjajah berhak menentukan, dan pribumi yang ditentukan.
Sadar atau tidak, kehadiran postkolonial telah memperkaya studi sastra. Kejian sastra menjadi semakin lengkap, dan tidak hanya bergerak pada hal-hal formal dan intrinsik saja. Aspek-aspek ekstrinsik, terutama nilai-nilai historis tampaknya sulit diabaikan dalam pemahaman sastra. Satu hal yang patut mendapatkan tekanan dalam studi postkolonial antara lain harus mengelaborasi memori-memori masa lalu. Peneliti harus mampu menginterpretasi kearah kenangan-kenangan masa kolonial. Detail-detail unik dimasa kolonial harus dilacak. Hal semacam ini, tidak berarti bahwa studi postkolonialisme hanya bisa dilakukan oleh peneliti sekaligus pelaku sejarah. Kajian ini sangat terbuka, bahkan bagi peneliiti awal yang bukan pelaku sejarahpun memiliki kemungkinan. Yang penting, peneliti memiliki kemampuan membaca memori masa lampau.
 
2.2.2   Refleksi Sastra : “Penjajah” dan “Terjajah”
Karya sastra merupakan refleksi batin. Refleksi sastra di era kolonial, dapat berupa timbunan historis yang enak dan tidak enak. Karya sastra yang dilahirkan pada waktu kolonial berlangsung, tentu sedikit berbeda dengan karya satra yang lahir setelahnya (pascakolonial).
Karya sastra yang dilahirkan oleh pengarang yang sekaligus pejuang, pelaku sejarah, dengan pengarang sebagai pengamat sejarah akan memiliki nuansa yang berbeda. Apalagi kalau pengarang demikian sadar “membaca sejarah”, lalu menciptakan karya-karya berbau kolonial, tentunya akan berdimensi lain, karya-karya demikian perlu didekati dari kajian postkolonial, agar tertangkap apa yang ada dibalik karya tersebut.
Kajian postkolonial, dengan sendiri tidak akan melupakan aspek-aspek kolonial, yaitu “penjajah” dan “terjajah”. Kedua istilah ini, sengaja diberi tanda petik, karena implemantasinya sangat luas. Maksudnya tidak hanya terikat pada masa lalu, melainkan juga berhubungan dengan “penjajah” dan “terjajah” di dunia ketiga. Jadi, dalam kajian poskolonial, perlu melihat representasi historis, dan rentetan akar peristiwa tersebut ke dunia ketiga (poskolonial). Kata “post” disini perlu dimaknai luas, yaitu “setelah” kolonial. Karya-karya setelah kolonial, yang mencerminkan kolonialisme (lama dan modern) perlu dilihat dengan kacamata postkolonial.
Karya-karya didunia ketiga, dapat saja hanya merupakan imeralis karya sastra kolonial. Penjajahan masa kini, kemungkinan besar hanya mimikri dari masa lalu. Maksudnya, konstruksi “penjajah” dan “terjajah” selalu berkutat pada ikhwal subordinasi. “Penjajah” selalu duduk dalam posisi subyek, arogan, superior, ingin menang, dan menguasai pada masyarakat setempat (terjajah). Akibatnya, “terjajah” harus tunduk ke dalam segala hal, bersikap meniru, mengikuti jejak, dan tidak berkreasi sama sekali. Jika hal-hal demikian terungkap pada masa dunia ke tiga ini, berarti kreasi penulis sekedar salinan masa lalu. Yang menarik untuk dikaji dari aspek postkolonial, sebenarnya ada apa dibalik kehidupan “penjajah” dan “terjajah”?
Tegasnya, dalam sastra kita selalu terjadi ketegangan-ketegangan terus-menerus. Di satu pihak, ada gerakan yang ingin bertahan pada tradisi kolonial karena tidak semua warisan mereka jelek. Para penulis yang demikian biasanya lebih mendewakan sebuah hirakhi dan subordinansi kekuasaan. Kekuasaan selalu terbagi, bahwa penguasa lebih dominan dan bawahan selalu lemah. Dilain pihak, ada juga penulis yang berusaha lari dari tradisi kolonial dan kekinian. Keadaan ini, jelas memerlukan kajian postkolonialisme untuk melihat lebih jauh.
 
2.2.3   Teori Poskolonialisme : Mimikri dan Hibriditas
Kunci filosofi kajian postkolonial adalah kenangan. Peneliti hendaknya terbiasa mengenang masa silam. Manusia, pada dasarnya memiliki daya memori yang luar biasa. Bahkan Lacan dikutip dalam Endraswara (2013:179) bergumam “cogito ego sum”, artinya saya berfikir maka saya ada. Berfikir berarti mengenang masa lalu. Masa lalu, yaitu ketika kolonialisme jaya dan berkembang.
Berikut beberapa hal yang layak diteliti oleh peneliti sastra postkolonial, yaitu:
  1. Mengkaji refleksi sejarah kolonial tentang penjajahan dan penaklukan fisik. Disini selalu ada penindasan kaum penjajah kepada terjajah. Maka munculah karya-karya sastra yang memuat perjuangan kedudukan, keadilan, hukum, dan sebagainya.
  2. Mengkaji refleksi ideologi, sebagai bentuk penaklukan pemikiran kaum terjajah. Biasanya, kaum terjajah merasa dikalahkan, tak berdaya, patuh dan setia pada penjajah.
  3. Mengkaji hegemoni kekuasaan penjajah terhadap terjajah. Penjajah biasanya memposisikan sebagai majikan, senang memerintah, dan terjajah menjadi bawahan. Karya sastra yang memuat perjuangan semacam ini, cukup banyak sehingga selalu terjadi penindasan secara diam-diam.
  4. Mengkaji hegemoni dari aspek gender. Biasanya kaum laki-laki penjajah, memperlakukan wanita terjajah sebagai obyek pemuas seksual.
 
Dari berbagai masalah tersebut, tampak bahwa kajian poskolonialisme lebih mencoba membandingkan dua kubu penjajah dan terjajah. Kajian hanya bisa dipahami melalui studi historis karya sastra. perjuangan kedua kubu itu yang selalu menyisakan buhungan “tuan dan budak”. Hubungan keduanya amat rumit, bahkan sering terjadi kekerasan fisik dan psikis.
 
2.2.4    Pendekatan Post-Modern
Jean-Francois Lyotard dikenal sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat. Istilah postmodern sudah lama dipakai di dunia arsitektur.
Postmodernisme menolak ide otonomi aesthetik dari modernis. Kita tidak dapat memisahkan seni dari lingkungan politik dan sosial, dan menolak pemisahan antara legitimate art dengan popular culture.Posmo menolak hirarkhi, geneologik, menolak kontinuitas, dan perkembangan. Posmo berupaya mempersentasikan yang tidak dapat dipersentasikan oleh modernisme. Mengapa modernisme tidak dapat mempresentasikan, karena logikanya masih terikat pada standard logic, sedangkan posmo mengembangkan kemampuan kreatif membuat makna baru, menggunakan unstandard logic.
Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya menjelaskan perilaku sosial dalam kaitannya dengan harapan peran dalam masyarakat kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya teori postmodernisme singkatan “POSMO”  merupakan reaksi keras terhadap dunia modern. Teori Posmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa dalam masyarakat modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya-kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri. Berdasarkan pandangan postmodernisme, erosi gradual individualitas muncul bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan rasionalitas. Faktor-faktor ini mereduksi pentingnya hubungan pribadi dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme atau modernisme, menurut teori ini, menyebabkan manusia dipandang sebagai barang yang bisa diperdagangkan-nilainya (harganya) ditentukan oleh seberapa besar yang bisa dihasilkannya.
Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen dan juga sebagai prodesun. Industri periklanan dan masmedia menciptakan citra komersial yang mampu mengurangi keanekaragaman individualitas. Kepribadian menjadi gaya hidup. Manusia lalu dinilai bukan oleh kepribadiannya tetapi seberapa besar kemampuannya mencontoh gaya hidup. Apa yang kita pertimbangkan sebagai “pilihan kita sendiri” dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya merupakan seperangkat kegemaran yang diperoleh dari kebudayaan yang cocok dengan tempat kita dan struktur ekonomi masyarakat kita. Misalnya, kesukaan remaja Indonesia terhadap musik “rap” tidak lain adalah disebabkan karena setiap saat telinga mereka dijejali oleh musik tersebut melalui radio, televisi, film, CD, dan lain sebagainya. Gemar musik “rap” menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau mereka tidak menyukai musik “rap” menjadi gaya hidup remaja. Perilaku seseorang ditentukan oleh gaya hidup orang-orang lain yang ada di sekelilingnya, bukan oleh dirinya sendiri. Kepribadiannya hilang individualitasnya lenyap. Itulah manusia modern, demikian menurut pandangan penganut “posmo”.
Intinya, dapat dipahami bahwa postmodern merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas: akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas.yang ia buka dan ancaman-ancaman yang bersembunyi dibalik setiap kesempatan.
Bauman (dalam Steven & Dauglas, 2003 : 232) menetapkan kebudayaan postmodern antara lain: pluralistis, berjalan di bawah perubahan yang konstan, kurang dalam segi otoritas yang mengikat secara universal, melibatkan sebuah tingkatan hierarkis, merujuk pada polivalensi tafsiran, didominasi oleh media dan pesan-pesannya, kurang dalam hal kenyataan mutlak karena segala yang ada adalah tanda-tanda, dan didominasi oleh pemirsa. Lebih lanjut Bauman menjelaskan bahwa postmodernitas berarti pembebasan yang pasti dari kecenderungan modern khusus untuk mengatasi ambivalensi dari mempropagandakan kejelasan tunggal akan keseragaman. Postmodernitas adalah modernitas yang telah mengakui ketidakmungkinan terjadinya proyek yang direncanakan semula. Postmodernitas adalah modernitas yang berdamai dengan kemustahilannya dan memutuskan, tentang baik dan buruknya, untuk hidup dengannya. Praktik modern berlanjut sekarang, meskipun sama sekali tanpa objektif (ambivalensi) yang pernah memicunya.
 
 
III     PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa, Kunci filosofi kajian postkolonial adalah kenangan. Peneliti hendaknya terbiasa mengenang masa silam.
Berikut beberapa hal yang layak diteliti oleh peneliti sastra postkolonial, yaitu:
  1. Mengkaji refleksi sejarah kolonial tentang penjajahan dan penaklukan fisik.
  2. Mengkaji refleksi ideology
  3. Mengkaji hegemoni kekuasaan penjajah terhadap terjajah.
  4. Mengkaji hegemoni dari aspek gender.
 
Dari berbagai masalah tersebut, tampak bahwa kajian poskolonialisme lebih mencoba membandingkan dua kubu penjajah dan terjajah. Kajian hanya bisa dipahami melalui studi historis karya sastra. perjuangan kedua kubu itu yang selalu menyisakan buhungan “tuan dan budak”. Hubungan keduanya amat rumit, bahkan sering terjadi kekerasan fisik dan psikis. Dan postmodernitas merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas: akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas yang ia buka dan ancaman-ancaman yang bersembunyi dibalik setiap kesempatan.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
  
Iman Prasetyo, Teguh, 2008. Postmodernisme dan Postkolonialisme. (online)                     http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/post-modernisme- dan-post-kolonialisme. Diakses: 30 November 2013.
 
Endraswara, Suwardi. 2013. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
 
Best, Steven & Dauglas Kellner. 2003. Teori Postmodern: Interogasi Kritis. Malang: Boyan Publishing.

Naskah drama


CERITA DIBALIK KEBERHASILAN
Karya Saya sewaktu masih kuliah..😊

PEMERAN:
IBU SARAH
AYAH SARAH
SARAH
SUAMI
ADEGAN PERTAMA
sunyi, lampu padam, terdengar suara jangkrik kota yang menambah pekatnya malam.
IBU
(terus menagis)
SARAH
(masuk ke dalam kamar membawa sebuah lampu minyak)
IBU
(berbalik membelakangi Sarah dan menyeka air mata)
SARAH
Lagi-lagi ibu membangunkan ku, berhantilah menangis, itu tak kan memperbaiki keadaan.
IBU
Lalu ibu harus bagaimana, tersenyum?
SARAH
Yah, itulah yang seharusnya ibu lakukan dari dulu. Tapi ibu malah merusak hidup kita.
IBU
Ibukah yang merusaknya (berdiri dan memandang Sarah dengan tajam)
SARAH
Lalu ibu ingin bilang ini salahku? (membuang pandang kea rah lain)
IBU
(Tertunduk diam, duduk disisi ranjang usang yang tak bersepre)
SARAH
(memeluk ibu sarah dan lampu minyak padam)
ADEGAN KEDUA
Ibu sarah kembali dari rumah tetangga dengan membawa kantong kresek berukuran besar
SUAMI
(memandangi sang istri dengan penuh curiga)
IBU
(Terus berjalan berusaha melewati suami dan menundukkan kepala)
SUAMI
Berhenti!! Apa-apaan ini, istri macam apa kau ini, tidak melihatku sama sekali
IBU
(berdiri diam di depan suami)
SUAMI
Apa kau tak masak pagi ini (mendekati sang istri)
IBU
Tak ada yang bisa di masak, sudah dua hari aku tak mengambil pakaian ke rumah tetangga.
SUAMI
Mau kau kasih makan apa suami dan anakmu? Batu?
IBU
Kau bahkan tak pernah memberiku uang (menatap suami dengan tajam)
SUAMI
Berani-beraninya kau menatap suamimu dengan tatapan seperti itu!
IBU
Aku muak dengan tingkahmu, pergi pagi pulang pagi, bahkan tak jarang kau tak pulang, apa itu namanya suami?
SUAMI
Aku sedang berusaha mencari pekerjaan tidakkah kau menghargai itu (dengan suara yang mulai mereda)
IBU
Bekerja atau mengerjai istri orang??
SUAMI
DIAM!!!
(suasana hening dan keduanya hanya diam membisu)
IBU
Mulai sekarang jangan pernah kembali sampai kau bawa uang untuk istri dan anakmu.
SUAMI
Kau mengusirku istri?
IBU
Ya, dan kau hanya bisa kembali dengan uang.
SUAMI
Seperti yang kau lakukan dahulu? Saat kau menerimaku karena uang, bukan begitu?
IBU
Pergilah sebelum Sarah kembali dari sekolah.
SUAMI
Baiklah, kau akan bertekuk lutut dan memohon agar aku kembali, ingat istri aku takkan kembali tanpa kau memohon padaku!
IBU
(meninggalkan suami sendiri dan masuk ke kamar)
(suami membereskan semua pakaiannya dan membawa sebagian besar barang-barang rumah yang bisa ia jual tanpa sepengetahuan istri)
SUAMI
Aku pergi (nada rendah)
IBU (hanya diam)
SUAMI
Aku pergi istri (nada mulai sedikit tinggi)
IBU (tetap diam)
SUAMI
ISTRIIII, AKU PERGI (nada tinggi) dan ku pastikan kau akan menyesal!
IBU
(Berdiri dan mengintip suasana di ruang tamu, memastikan suami sudah benar-benar pergi, terkejut ketika melihat barang-barang di ruang tamu banyak yang hilang)
Apa-apaan ini, bahkan ia membawa radio tua pemberian Ayah Sarah. Tidak tau malu, kurang ajar,
Lampu kembali padam
ADEGAN TIGA
Ibu sarah duduk melamun di ruang tamu, sambil mempermainkan kemoceng yang ada di tangannya
SARAH
Assalamualaikum (pulang dari sekolah)
IBU (tidak mendengar)
SARAH
Hombadihom
IBU (tidak menjawab)
SARAH
Ibu anakmu pulang
IBU (tetap tak mendengar)
SARAH
(masuk ke dalam rumah) ibu, ada apa lagi dengan wajahmu?
IBU (tak ada jawaban)
SARAH
(menjatuhkan buku paket yang ia pegang ke atas meja)
IBU
(kaget dan melempar kemoceng hingga mengenai Sarah)
Sarah, kau mengagetkan ibu saja,
SARAH
Ibuuu….. (wajah kesal karena kemoceng mengenai wajahnya) Anakmu ini sudah mengucap salam berkali-kali tapi ibu tetap saja tidak menjawab.
IBU
Ah, kalau begitu ibulah yang salah,
SARAH
Tentu saja, lantas tidakkah ibu ingin meminta maaf dan segera menyiapkan makan siang untukku
IBU
Ibu belum masak
SARAH
What????? Ibu lebih memilih menggalau dari pada memasak untuk anak tercintamu iini?, ibu yang tidak baik.
IBU
Apa ibu galau nak?
SARAH
(sarah mengangkat bahunya, dan tidak menjawab pertanyaan ibunya)
IBU
Tadi dia pulang (dengan ekspresi sedih)
SARAH
(melihat seisi ruang tamu, mencari sesuatu) ah, sudah bisa di tebak, walaupun dulu setelah menikah dengannya itu benda paling buruk tapi sekarang bukankah ibu benda yang paling berharga dibandingkan yang lainnya.
IBU
Radio?
SARAH
Apa ada benda lain di rumah ini yang harganya lebih mahal dari itu?
IBU
Ibu pun berfikir begitu, jika tau ia akan membawanya, pasti ibu pindahkan ke dalam kamar
SARAH
Pria itu benar-benar! Pasti berjudi lagi.
IBU
Ibu mengusirnya
SARAH
APA????
Ibu akhirnya bisa mengusirnya, ini luar biasa, mari kita rayakan.
IBU
Merayakan dengan apa, dengan berpuasa?
SARAH
Yah, tidak ada pilihan lain.
IBU dan SARAH duduk bersebelahan dan bersandar seraya memejamkan mata
Lampu kembali padam
ADEGAN EMPAT
Ibu menyapu lantai dan sarah membersihkan debu-debu yang ada dengan kemoceng
IBU
Apa semalam dia kembali
SARAH
Bagaimana mungkin ia kembali, bukankah sudah tak ada lagi barang berharga di rumah ini
IBU
Kau mau bilang kalau ibumu ini tidak berharga??
SARAH
Bu..bukan begitu bu, maksud Sarah… (merasa bersalah)
Berhentilah memikirkannya, bukanlah perut kita lebih penting darinya (kesal)
IBU
Kau benar, tapi bagaimana bila terjadi apa-apa dengannya, ibu khawatir.
SARAH
Lalu kenapa ibu mengusirnya
IBU
Ibu ingin ia bertanggungjawab pada keluarganya
SARAH
Seperti yang telah ibu lakukan pada Ayah??
IBU
(terdiam)
Itu masa lalu, bukankah ia tak pernah kembali.
SARAH
Ibu yang memintanya untuk tidak kembali sebelum ia berhasil.
IBU
Yah, bagaimana bisa ia berhasil dengan ijazah SMA yang ia miliki, seharusnya ibu tidak mengusirnya, karena bagaimanapun ayahmu jauh lebih bertanggungjawab darinya.
SARAH
Ibu menyesalinya??
IBU
(Diam tanpa suara)
Sesaat kemudian
IBU
Sarah coba kau lihat daun ubi yang ada disebelah rumah jika daun mudanya sudah tumbuh, petik saja, kita bisa rebus itu.
SARAH
Bukankah baru saja ibu petik dua hari yang lalu?
IBU
Mintalah ke rumah ibu surti jika memang belum ada?
SARAH
Ibu Surti? Minggu lalu ia bilang batangnya sudah ia cabut, padahal belum. Bisa saja sekarang benar-benar sudah ia cabut semua.
IBU
Jika memang begitu kembalilah lagi dan cabut juga milik kita.
SARAH
Ibu… untuk apa kita mencabutnya, bukankah ibu sendiri yang bilang batangnya tidak menghasilkan ubi.
IBU
Kalau begitu antarkan saja pakaian milik bu RT yang sudah ibu setrika kemarin, lalu mintalah bayarannya, belikan beras setengah kilo dan dua butir telur ayam untuk kita berbuka nanti.
SARAH
Apa kita benar-benar sedang berpuasa??
IBU
Tentu saja! Kecuali kau sudah minum air pagi tadi
SARAH
Bagaimana bisa ini disebut berpuasa, ini lebih tepat disebut penyiksaan.
(sarah pergi dengan membawa pakaian bu RT yang sudah bersih)

tiba-tiba Ibu Sarah kembali bersedih
IBU
Apa salahku, apa dosaku, kenapa hidupku begini, seharusnya sekarang aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku, menyibukkan diri dengan arisan dan pergi ke salon setiap harinya. Ini menyedihkan, berpuasa setiap hari, menghabiskan waktu dengan tidur dan berdo’a, jika lapar mencari pakaian kotor, untung saja sekolah sudah gratis. Walaupun tidak bisa kuliah setidaknya ia bisa lulus SMA dan membantuku mencari uang, (berhenti sejanak dan berfikir)
Apa ini sudah saatnya untukku menikah lagi dengan pria kaya dan kembali memperbaiki hidup? Ah, sepertinya memang harus begitu.
ADEGAN LIMA
Sarah sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah, dan Ibu Sarah sedang memasak di dapur.
AYAH
Assalamualaikum
SARAH
Walaikumsalam..
Bapak cari siapa??
AYAH
(mata berbinar) Sarah, apa kau Sarah anakku?
SARAH
Iya aku sarah, kau siapa? (menatap curiga)
AYAH
Aku ayahmu nak, kau sudah besar sekali Sarah, ayah merindukanmu (memegang tangan Sarah)
SARAH
Ibu… ibu….
AYAH
Apa ibumu ada di rumah, bagaimana keadaannya?
SARAH
Ibuuuuu…
AYAH
Sarah berhentilah berteriak seperti itu, ibumu pasti sudah mendengar,
SARAH
Jika ia mendengar ia akan menjawabku, ibuuuu….
IBU
Iya Sarah, ada apa (masuk ke ruang tamu dan terkejut melihat Ayah Sarah)
Ayah Sarah….
AYAH
Ibu Sarah…..
SARAH
Apa pria ini benar-benar ayahku?
IBU
(diam, terpaku menatap Ayah Sarah)
SARAH
Ibu jawab aku, apa dia ayahku?
(ibu menangis terisak dan duduk di sofa usang peninggalan Ayah Sarah)
AYAH
Maafkan aku Ibu Sarah, aku baru bisa datang menemuimu dan anakku sekarang. (menenangkan Ibu Sarah)
IBU
Bagaimana bisa ini, kenapa kau kembali?
AYAH
(bingung) apa maksudmu Ibu Sarah? bukankah kau yang memintaku untuk tidak kembali sebelum aku berhasil.
IBU
Lalu kau mau bilang sekarang kau sudah berhasil, begitu???
AYAH
Dulu kau sering memasakkanku berbagai variasi masakan dari ikan lele yang ku pancing seharian, sekarang aku telah berhasil memperkenalkan resepmu ke pada semua orang. Restoran kita sudah mulai tersebar dimana-mana, pemasukan kita tidak sedikit, sekarang bisakah aku mengajakmu dan Sarah anakku pergi ke kota bersamaku.
Sarah, maukah kau ikut bersama ayah?
IBU
(diam tanpa sepatah katapun)
SARAH
Dulu aku hanya anak kecil berusia dua tahun, jadi aku tak bisa menjelaskan apa-apa, yang ku tahu, tiga tahun yang lalu ibu menikah lagi.
IBU
HENTIKAN Sarah!!! (Menatap sarah tajam)
SARAH
Baiklah aku akan diam, dan sekarang ibu sendirilah yang harus menjelaskan semuanya (meninggalkan ayah dan ibunya berdua)
AYAH
Ibu Sarah tolong jelaskan apa maksud semua ini?
IBU
(semakin terisak, diam tanpa kata)
AYAH
Selama ini aku hanya menghabiskan waktu untuk berjuang agar bisa kembali kepadamu, tidak sedikitpun terfikir untukku menikah lagi. Kenapa Ibu Sarah, kenapa kau begini? (menitikan air mata)
IBU
(Tetap diam, menangis dan mulai menyesali)
AYAH
Kau memang memintaku untuk pergi, tapi kau juga yang memintaku untuk kembali, itu yang membuatku bertahan, Ibu Sarah, bicaralah.
IBU
(semakin terisak dan menyesali keadaan)
AYAH
(memegang tangan Ibu Sarah)
Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu kepadaku Ibu Sarah.
IBU
(semakin terisak dan menyesali keadaan)
AYAH
(melepas genggamannya dan mulai membelakangi Ibu Sarah)
Suasana mulai mencekik. bahagia, tangis, kaget, dan penyesalan menjadi satu membuatnya tak bisa berkata apa-apa.
IBU
Maafkan aku, Ayah Sarah aku minta maaf, maafkan aku…
AYAH
Tanpa berbalik sedikitpun dan pergi tanpa menjawab permintaan maaf dari Ibu Sarah.
End….

Drama rumah tangga part 2


Dicatatan beli bumbu dapur pulang-pulang bawa setelan anak.. 😂

"Dih bonekanya lucu-lucu ya bi", sambil pasang muka pengen..
Dijawablah singkat sama abinya "iya lucu",

5 menit kemudian:
"Bi liat bajunya kayaknya pas banget sama abang", sambil senyum senyum manja..
"beli aja satu mi, buat anak apa yang enggak".

Selang berapa waktu:

"berapa mi?"
"lima puluh bi satunya tapi umi beli dua karena bingung mau pilih yang mana".
"yaudah gakpapa sekali sekali", jawab si abi singkat.

"bi, rambut si adek kok lama ya panjangnya?"
"sabar mi"
"Iya masalahnya kan malu kalo diajak keluar masa botak" jawabnya sambil menggulung ujung baju..
"Jadi?"
"kalo pake turban cantik kali ya bi" jawabnya sambil tersenyum kecil..
"yaudah beli aja mi".

Asik dapet turban buat babygirl..

Sesampainya di rumah
"mi biar abi aja yang cuci ikan sama dagingnya, umi jagain anak-anak aja"

"gak usah bi, lagian dagingnya juga gak jadi dibeli tadi, besok aja umi beli sama mang oji (tukang sayur)..
"Lho?"
"iya soalnya tadi uangnya udah abis beli baju abang, turban adek, dan itu uminjuga beli sendal abi".
"@@@@@####"

Itulah emak-emak kalo udah belanja syuka khilaf.. Walaupun yang dibeli bukan buat sendiri tapi bahagianya kerasaa banget.. 😁😂😂

Drama rumah tangga part 1 (gagal make up)



Jadi emak-emak dengan dua balita itu "luar biasa".. Yah selain kudu kebal sama pendapat netizen juga harus bersahabat dengan semua keadaan.
Misalnya: si emak mau dandan, niat nyenengin misua.

#dibalik layar.
Jam 05.00 : bangun sholat subuh (langsung ngubek dapur buat sarapan) selesailah jm 6
Baby girl bangun sebab bunyi spatula si emak.. So ngasuh dulu.
Gak lama misua nyamperin sambil bilang "udah siap mi"? Lanjut siapin meja makan, sambil gendong si buntut.. Selesai, suami mandi dan siap2 kerja.

Drama semakin panas karena babyboy jg bangun sebab suara babygirl yg terus merengek.. Pusinglah emak, tapi tetap kudu lanjut siapin bekal bapake anak-anak dan siapin sepatu, belum lgi pertanyaan-pertanyaan bapake yang kadang buat emak linglung seperti, dimana kunci motor? Lihat jam tangan gak mi? (padahal yang taro beliau sendiri laaah yang repotnya si emak)

Jam 7.30: alhasil bapake berangkat kerja dan emak kudu mandiin dan kasih makan anak-anak.. (berhubung bnyak drama yah sekitar jam 9nan bru selesai) udah pada wangi eh si kakak bab.. Bersihin kakak, si adek nyusul.. Si emak lapernya ilang..

Jam 10: niat emak mau nyantai sambil make up.. Oke akhirnya ada waktu jg buat dandan, Lipstik dan pensil alis udah ditangan, eh si babygirl ngajakin bobok.. Yo wes dikeloni, ampe satu jam belum tidur juga tapi tiap emak bergerak menjauh si baby manggil pake tangisan.. "Huaaah" babygirl belum tidur babyboy siram air ke lantai (sambil di injek-injek kegirangan)..
Darah emak udah hampir mendidih ni, tapi tetap mencoba tenang, yah diberesin ajalah daripada dimarahin si anak ngerti juga kagak.

Gak kerasa udah adzan lgi.. Si emak buru-buru sholat saat si baby lagi akur.. Maling-malingan ke dapur buat masak siang. Drama dapur belum usai si babyboy nangisin adeknya. Secepat kilat emak nyamperin, babygirl ngajak bobok lagi (tadi kan gak jadi tidurnya).
Jam 1.30 : akhirnya tidurlah baby girl, oke dengan sigap si emak langsung ke dapur lagi.. Eh si kakak udah duluan disana tumpahin gandum sambil guling-gulingan (dikira salju).

Emak sih cuek biar fokus masak dulu.. Jam 2.30 selesai urusan dapur beresin hasil praktek babyboy dulu (nyapu+ngepel).

Babyboy udah nguap, si emak dengan sigap menggendong dan membawanya ke kamar, alhamdulillah akhirnya semua tidur..

Jam 3.30: Emak mandi (mandi pagi+mandi sore) lanjut ke kamar ambil alat make up, eh Baby girl bangun sambil senyum. Ah tak apa bisa sambilan lagian si anak gak nangis.. Udah selesai pake alis, suara tam tum terdengar sangat keras (anak tetangga main petasan).. Babyboy kaget bangun sambil nangis begitu juga babygirl yang tadinya anteng ikut nangis..

Si emak akhirnya nyerah dan ikut nangis, bedaknya pun luntur, dan........

"Assalamualaikum..."
Bapake pulang. 😂😂